Pengertian Jangka Sorong, Bagian-Bagiannya, Sistem Pembacaan dan Cara Menghitung Hasilnya. | Terlengkap !!

Pengertian 

Vernier Caliper/ Sigmat / Jangka Sorong / Mistar Ingsut adalah alat ukur presisi. Digunakan untuk mengukur benda kerja secara presisi dengan tingkat kepresisiannya 1/100mm. ketelitian dari alat ukur ini biasanya 5/100mm.
Jangka sorong digunakan di China pada jaman dinasti Han (202 sebelum masehi hingga 220 masehi). Menjelang tahun 1600-an, di kota Oranan, Perancis alat ukur ini dirancang dan dibuat oleh seorang ahli matematika dan sains bernama Pierre Vernier. Beliau adalah orang yang menciptakan skala yang diberi nama skala vernier atau lebih dikenal sebagai skala nonius.
Penjelasan mengenai skala nonius telah ia sebutkan di dalam buku karangannya yang berjudul “La construction, visage, et les proprietes fue quadrant nouvea de mathmatiques“. Skala nonius adalah sebuah skala yang terdapat dalam jangka sorong, nama skala tersebut ditemukan oleh seseorang berkebangsaan spanyol bernama Dedron Nunes.
Awal abad ke-19, seorang bangsawan berkebangsaan Perancis mengubah nama skala tersebut kembali kepada skala vernier. Jangka sorong modern yang sering digunakan sekarang ini pertama kali diproduksi oleh Joseph Brown pada tahun 1851.
Bagian-Bagian Vernier Caliper.



Keterangan gambar.
  1. Alat ukur dalam yaitu digunakan untuk mengukur luas diameter dalam dan luas  bagian dalam benda kerja.
  2. Alat ukur luar yaitu digunakan untuk mengukur luas diameter luar dan luas bagian luar benda kerja.
  3. Alat ukur kedalaman yaitu digunakan untuk mengukur kedalaman dari sebuah lubang benda kerja yang dihitung.
  4. Sekrup pengunci yaitu digunakan untuk melakukan penguncian ketika sudah mendapatkan hasil dari pengukuran supaya tidak berubah.
  5. Angka ukuran yaitu skala utama vernier caliper yang menunjukan hasil pengukuran  benda kerja.
  6. Kaliper ukur yaitu skala nonius vernier caliper yang menunjukan hasil pengukuran detail benda kerja.

 
Sistem Pembacaan Hasil Ukur Vernier Caliper.


  1. Jangka sorong kombinasi, yaitu jangka sorong yang terdiri dari dua buah mistar yang terdiri dari skala utama dan skala nonius. Vernier caliper ini dapat digunakan untuk mengukur diameter bagian luar benda kerja, kedalaman lubang benda kerja, diameter bagian dalam benda kerja, lebar suatu celah dan panjang benda kerja, apabila ukuran dari Vernier caliper tersebut mencukupi. 
  2. Jangka sorong dial indicator, yaitu jangka sorong yang terdiri dari satu mistar utama dan sebuah dial indicator untuk menjelaskan detail dari hasil pengukuran. Vernier caliper ini memiliki ketelitian 0,05mm sampai dengan 0,01mm.
  3. Jangka sorong digital, yaitu jangka sorong yang dilengkapi dengan digital sehingga melakukan  pengukuran dapat lebih teliti dan lebih mudah. Vernier caliper ini memiliki ketelitian 0,01mm sampai dengan 0,001mm.



Menggunakan Vernier Caliper.

  1. Pilih Vernier caliper yang terlihat baik secara visual dan keregangan pada antara rahang ukur dengan batang. Apabila terjadi keregangan pada rahang ukur sebaiknya jangan melakukan pengukuran dengan menggunakan Vernier caliper tersebut. 
  2. Longgarkan baut pengunci Vernier caliper. 
  3. Geser kenop sensor Vernier caliper untuk mengatur rahang Vernier caliper sehingga mencapai posisi tertentu sesuai dengan benda kerja yang akan diukur. 
  4. Setelah sesuai dengan posisi yang diukur, lalu melakukan proses penguncian pada baut pengunci Vernier caliper. 
  5. Lihat hasil ukur yang didapat dan kalukulasikan hasil ukur tersebut dengan melakukan penjumlahan skala utama ditambah dengan skala nonius.


Menghitung Hasil Vernier Caliper.


Dengan menggunakan ketelitian 0,1mm

  1. Baca skala utama, hitung berapa besar angka yang berada disebelah kiri garis 0 pada skala nonius. Dalam gambar tersebut menunjukan pada angka 12. Berarti skala utama tersebut 12mm.
  2.   Lihat pada skala nonius, garis mana yang segaris antara skala nonius dengan skala utama. Dalam gambar tersebut menunjukan pada garis nonius 7. Ini berarti 7 x 0,1mm = 0,7mm (0,1mm karena menggunakan ketelitian 0,1mm)
  3. Dengan demikian besar pengukuran dari pengukuran gambar diatas adalah 12mm + 0,7mm = 12,7mm.



Dengan menggunakan ketelitian 0,05mm


Untuk Vernier caliper 0,05, pada skala noniusnya satu bagian pada skala utama dibagi menjadi 20 bagian, artinya setiap satu bagian pada skala nonius berharga 0,05mm.
  1. Baca skala utama, hitung berapa besar angka yang berada disebelah kiri garis 0 pada skala nonius. Dalam gambar tersebut menunjukan pada angka 10. Berarti skala utama tersebut 12mm. 
  2. Lihat pada skala nonius, garis mana yang segaris antara skala nonius dengan skala utama. Dalam gambar tersebut ternyata pada garis ke 10 nonius. Ini berarti 10 x 0,05mm = 0,50mm (0,05mm karena menggunakan ketelitian 0,05mm).   
  3. Dengan demikian besar pengukuran dari pengukuran gambar diatas adalah 10mm + 0,50mm = 10,50mm.




Dengan menggunakan ketelitian 0,02mm.


Untuk Vernier caliper 0,02, pada skala noniusnya satu bagian pada skala utama dibagi menjadi 50 bagian, artinya setiap satu bagian pada skala nonius berharga 0,02mm.

  1. Baca skala utama, hitung berapa besar angka yang berada disebelah kiri garis 0 pada skala nonius. Dalam gambar tersebut menunjukan pada angka 9. Berarti skala utama tersebut 9mm. 
  2. Lihat pada skala nonius, garis mana yang segaris antara skala nonius dengan skala utama. Dalam gambar tersebut ternyata pada garis ke 13 nonius. Ini berarti 13 x 0,02mm = 0,26mm (0,02mm karena menggunakan ketelitian 0,02mm). 
  3. Dengan demikian besar pengukuran dari pengukuran gambar diatas adalah 9mm + 0,26mm = 9,26mm. 


Perawatan Vernier Caliper.

  1.  Bila penggunaan cernier caliper telah selesai , maka vernier caliper harus segera dibersihkan dengan kain lap yang lembut.
  2. Beri pelumas khusus yang sesuai untuk pelumasan alat ukur.
  3. Simpan vernier caliper didalam kotak khusus yang dapat memberikan redaman guncangan pada lingkungan sekitar vernier caliper.

Pengertian 8 Tyipe Slinder Pneumatik Beserta Sistem Kerjanya.


       


1.       Silinder kerja tunggal (single acting cylinder), merupakan jenis silinder yang hanya memiliki satu port untuk masuknya udara bertekanan. Silinder ini menggunakan kekuatan udara bertekanan untuk mendorong ataupun menekan piston dalam satu arah saja (umumnya keluar). Dan menggunakan pegas pada sisi yang lain untuk mendorong piston kembali pada posisi semula. Akan tetapi silinder ini memilki kelemahan dimana sebagian kekuatan dari silinder hilang untuk mendorong pegas.
Perbedaan dari silinder lain adalah hanya memiliki satu port.



2.      Silinder kerja ganda (double acting cylinder), merupakan silinder yang memiliki dua port untuk instroke dan outstroke. Silinder jenis ini menggunakan kekuatan udara bertekanan untuk mendorong piston keluar dan mendorong piston untuk kembali pada posisi awal (menarik kedalam). Sehingga silinder ini membutuhkan lebih banyak udara dan katup pengontrol arah yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan silinder kerja tunggal
Memiliki tambahan dari single acting cylinder yaitu penambahan port menjadi 2



3.      cushion end cylinder. Silinder di mana piston memiliki bantalan di satu sisi atau kedua sisi, untuk memperlambat tahap piston mendekat ujung silnder yang terdapat bantalan akhir. Bantal bukanlah alat pengontrol kecepatan. Tugas bantalan unutk mengurangi guncangan atau beban benturan pada penutup ujung silinder. Ketika piston membalik, ruang bantalan bertindak sebagai katup untuk memungkinkan aliran udara ke piston.
Memiliki tambahan yaitu berupa bantalan di kedua sisi.



4.      Tandem cylinder adalah dua silinder yang saling berhubungan. Batang piston dari silinder pertama masuk melalui pangkal silinder kedua dan mendorong pangkalannya. Dengan cara ini area permukaan efektif yang lebih baik dari kedua piston menghasilkan gaya yang lebih besar, meskipun diameter silinder kecil dan tekanan operasi tidak berubah.
Memiliki dua batang piston yang bergerak bersamaan.


  
5.      Dual linear cylinder adalah dua silinder yang hampir sama dengan tandem silinder, tetapi memiliki perbedaan yaitu piston dan rod assemblies dari dual actuator tidak diikat bersamaan seperti pada tandem silinder.
Memiliki dua batang piston yang bergerak tidak bersamaan. Piston pertama yang bergerak terlebih dahulu, lalu piston kedua akan bergerak maju setelah mendapatkan gaya dari piston pertama.




6.       Double-rod cylinder adalah silinder yang memiliki batang piston memanjang melalui sisi kanan dan sisi kiri dari kedua sisi tabung silinder utama. Piston terletak di tengah batang piston dan ada port di kedua ujung tabung utama untuk mengoperasikan batang piston di kedua arah. Jadi ketika dioperasikan batang piston akan memanjang keluar dari salah satu ujung tabung dan menarik kembali ke ujung yang lain, lalu sebaliknya ketika dioperasikan pada arah yang berlawanan. Silinder jenis ini biasanya diaplikasikan pada kemudi kendaraan.
Memiliki posisi piston berada ditengah . 


 
  
7.      Telescoping cylinder adalah sistem yang memiliki pergerakan output yang lumayan panjang dan biasanya sangat kompak. Biasanya panjang silinder teleskopik adalah 20 hingga 40% dari panjang yang actuatornya. Tergantung pada sistem piston tersebut bekerja. Silinder teleskopik tugas berat biasanya didukung oleh hidrolik oli, sedangkan beberapa unit tugas yang lebih ringan juga dapat didukung oleh udara terkompresi.
Memiliki piston yang biasanya bekerja pada pekerjaan berat seperti mengangkat bak truck dan dongkrak hidrolik. 



8.      Rotary cylinderr adalah aktuator yang mengubah energi udara bertekanan menjadi gerakan rotasi. Pada bagian yang terhubung dengan roda gigi maka dibagian tersebut actuator ini menggunakan oli dan meningkatkan efisiensi sebesar 90%. Dengan demikian, hasil dari sebuah rotary actuator adalah torsi. Meski demikian, pergerakan memutar aktuator ini terbatas, biasanya hanya 90o, 180o, dan 270o
aktuator yang menghasilkan torsi dari energi udara bertekanan.